Senin, 01 November 2010

(FF) MY LADY...... Chap Eight

Cast :
Jang Geun Suk as Prince Shin Young
Hwang Mi Ra as Princess Hwang
Kang Man Bok as Prince Shin Assistant
Lee Yoo Hye as Princess Hwang Assistant
Shin Mae Ri as Maid
Jung Ji Ae as Maid

Sebelumnya,

“Gadis itu punya sejarah kelam yang pangeran sendiri tidak mengetahuinya, ia hanya mengincar status dan banyak keuntungan dari Pangeran...”Cerita Mae Ri.

"aku tidak punya kekasih, merasakan jatuh cinta itu apa aku juga ga tahu.. hanya aku pernah menyukai seorang sunbae saat sekolah dlu.. Tapi.............."Ucap Mira tertunduk.

"mmm, bagaimana bersikap didepan umum nantinya, apa aku harus bergayut manja dilenganmu, bersandar dipundakmu..."

"aku merelakan tidak hanya tangan dan pundakku, mungkin bagian tubuh yang lain tuk menjadi pusat "Kemanjaanmu"... tapi bukankah kau pernah merasakan pelukan tubuhku saat kau sakit kemarin..."

#8

 Dibelakang pohon besar sambil menatap langit malam Mira merasakan sesak didadanya, airmatanya mulai mengalir deras.

"appa, kau tahu hari ini aku menikah... pernikahan mewah namun aku tidak bisa menikmatinya, karena tidak ada appa yang membimbing langkahku menemui calon suamiku, tidak ada tangan appa yg dapat kuraih saat aku merasa cemas dan gugup, tidak ada senyummu yang menenangkanku bahwa ini jalan terbaik yang akan kujalani, tidak ada tangan lembut mengusap rambutku saat aku melakukan penghormatan... Appa, andai kau disini pesta ini akan jauh lebih meriah jauh lebih hangat... mengapa kau hadirkan keluarga terhormat ini untukku tapi kalian pergi meninggalkanku... Appa, aku benar2 merindukanmu...." Teriak Mira dalam tangisnya.

"eomma, aku menikah... kau tau, hingga detik ini aku bingung harus bagaimana bersikap dihadapan Permaisuri... apa boleh aku memanggilnya Eomeoni... Eomma, mengapa bukan dirimu yang menyiapkan semua ini, menyiapkan pakaian pernikahanku, menghapus tangisku saat gugup, menenangkan tidurku sebelum hari pernikahan... Eomma, mengapa tidak ada dirimu yang mengajariku bagaimana menjadi seorang istri nantinya, mengajariku semua resep makanan yang mungkin nantinya itu kesukaan suamiku... Eomma, mengapa harus aku menanggung sendiri semua ini... tidak ada kata2 nasihat sebelum aku melangkah menjalani hidup baru sebagai seorang istri, aku tidak bisa memberi penghormatan sebelum kau dan appa menyerahkanku pada orangtua baruku... Eomma, apa aku memang tidak layak ditemani.. hingga kalian meninggalkan aku sendiri... Eomma, saat ini aku benar2 memerlukan pelukmu... mengapa kau pergi begitu cepat... aku masih tidak mengerti apa itu istri apa itu menantu... Eomma, mengapa kau tidak menemani aku... aku benar2 butuh kalian... Eomma, Eomma...." Suara Mira makin parau tangisnya semakin menjadi.

"Halabeoji, tidak ada hadiah untukku??? hari ini aku menikah, setidaknya kau hadiahkan senyuman untukku... ketika ulang tahun kau tidak menemaniku meniup lilin, setidaknya kau hadir memberi pelukan untukku saat ini.... Halabeoji, apa tidak ingin penghormatan dariku.. tidak ingin berkenalan dengan suamiku.. bagaimana nanti bila ia menyakitiku, apa kau tidak ingin memukulnya untuk membelaku... Halabeoji, apa aku nakal hingga kau pergi tanpa mau menunggu aku menikah... Halabeoji, dlu aku bilang aku ingin menikah saat usiaku 25tahun agar bisa terus bersamamu, tapi sekarang semua kupercepat diusiaku 20tahun aku menikah... tapi mengapa kau meninggalkan aku tidak mau menungguku... Halabeoji, Appa, Eomma, aku ingin foto keluarga bersama kalian... aku ingin perkenalkan kalian dengan keluarga baruku... mengapa kalian tidak mau bersabar menunggu hingga hari ini, mengapa kalian meninggalkan aku sendiri.... aku merindukan kalian... kalian dengar, aku selalu merindukan kalian.... tidak ada soju dipesta ini setidaknya kalian mau berbagi denganku menikmati sampanye yang disiapkan keluarga baruku... aku mencintai kalian, aku ingin kalian disini....." Mira menuangkan 2 gelas sampanye hingga tak tersisa, selesai itu ia bersimpuh menangis sejadi2nya, tanpa disadari beberapa matapun ikut menangis merasakan kesedihannya.

"Putri Hwang........"lirih Mae Ri yang menangis, diikuti Jia Ae.
Disudut berbeda Ibu Suri duduk menitikkan airmata ditemani Yoo Hye. Dan ditempat lain Shin memandang kepedihan yang diderita istrinya, lama Shin membiarkan Mira menangis, ia melangkah perlahan menghampiri Ji Ae dan Mae Ri.
"berikan baju hangat itu.... hapus airmata kalian sebelum Putri Hwang tau dan pergilah...."pinta Shin pada Mae Ri.
Kemudian Shin melangkah mendekati Mira yang masih menangis bersimpuh, ia memakaikan baju hangat menutupi punggung Mira. Mira diam sesaat tetap menunduk, ia tahu bahwa suaminya yang datang menghampirinya, segera ia menghapus airmatanya tanpa menatap Shin, seolah ia tak ingin menangis dihadapan orang lain termasuk suaminya.

Mira berdiri memunggungi Shin, ia mencoba menenangkan dirinya tuk bisa berhadapan dengan Suaminya.
"terima kasih untuk baju hangatnya Pangeran, maaf aku meninggalkan pesta..."ucap Mira lalu langsung melangkah meninggalkan Shin, namun langkahnya terhenti saat tangannya dipegang kuat oleh Shin.

"ikut aku......"Shin menggandeng Mira mengikuti langkahnya hingga masuk ke dalam mobilnya.
"aku tidak perlu pengawal... kalian tetap disini memantu Man Bok menjaga para tamu.."ucap Shin dingin saat para pengawal ingin mengikutinya.
"kita mau kemana.... pesta belum berakhir Pangeran.."tanya Mira.
"aku ingin berkenalan dengan mertuaku, kau mau mengantar dan mengenalkan aku suamimu yang tampan ini pada mereka..."jawab Shin dingin dan memacu kendaraannya.

Mira bingung dengan sikap Shin, ia akhirnya menunjukkan arah makam orang tuanya. Mira diam sesaat, Shin membukakan pintu mobil dan menunggu istrinya keluar dari dalam kendaraan.

Shin mengikuti langkah Mira, udara dingin perbukitan di malam hari begitu menusuk terlebih saat hampir mendekati pergantian musim, Shin sadar bagaimana Mira bisa jatuh sakit ketika itu. Saat mendekati makam orangtua Mira, Mira menghentikan langkahnya dan meraih tangan Shin, Shin hanya memandang tangannya yg dipegang Mira....

"maaf aku menyentuhmu... Pangeran, kita punya kesepakatan sebelum menikahkan? kita akan bersiap seperti layaknya suami istri didepan keluargamu dan didepan umum, kali ini maukah kau melakukannya juga didepan makam orang2 yg kucintai, aku tidak ingin mereka mengetahui permainan kita, cukup mereka mengetahui kalau aku bahagia menikah denganmu, aku bahagia menjadi keluarga istana... bolehkan kau sedikit tersenyum saat penghormatan kita pada mereka nanti...."Pinta Mira, Shin menatap tajam dan mencerna semua maksud dari perkataan Mira.

"bisanya ia merubah sikap seolah bahagia padahal hatinya menangis sedih merindukan mereka... aku makin ingin mengenal seperti apa pribadimu Hwang Mi Ra... asalkan kau menghadirkan kebahagiaan pada orang2 yang kucintai aku akan mengikuti semua keinginanmu, namun tetap tidak hatiku...."bisik Shin dalam hati. 

"Appa, eomma, halabeoji... kami datang... aku hari ini menikah, tidakkah aku cantik hari ini... aku membawakan menantu untuk kalian, tidakkah ia begitu tampan, cocok denganku, kami serasikan??" Ucap Mira sambil menggandeng tangan Shin dan terus menebar Senyum juga sesekali melirik kearah Shin.
 Walau samar Shin tetap mendengar ada getar disuara Mira, getarnya menahan tangis, getarnya tuk menunjukkan betapa ia kuat menjalani hidup tanpa orangtua. Sesaat kemudian mereka melakukan tiga kali penghormatan, Mira masih terus bercerita tentang pesta hari ini ditemani tatapan mata Shin dan sedikit senyum dikeluarkan oleh Shin saat Mira melirik kearahnya.

"udara makin dingin, kita pamitan...."bisik Shin sambil mengangkat bahu Mira membantunya berdiri dari duduknya diatas pusara.
Shin memeluk bahu, membimbing langkah Mira yang masih sesekali menoleh kebelakang melihat makam orangtuanya, hingga jarak mereka jauh dari makam Mira langsung melepaskan tangan Shin dari pundakknya dan langsung masuk kedalam mobil.

"maukah kau mengantarkanku tuk singgah dirumahku Pangeran....?"tanya Mira saat memasang Seatbelt.
"tunjukkan arahnya..." jawab Shin dingin.

Mereka masuk kesebuah desa terpencil dibalik Bukit, hari hampir dini hari saat mereka berhenti disebuah rumah sederhana, Mira turun dan mengetuk pintu rumah tersebut. Seorang ahjumma membuka pintu dan langsung memeluknya terkejut melihat kedatangan Mira.

"Nona......"Ahjumma menangis dalam pelukan Mira.
"kau sehat Ahjumma..? bagaimana kabarmu? banyak istirahatkah?" tanya Mira, Ahjumma hanya menganggukkan kepala sambil menangis dan mengusap lembut wajah Mira, hingga tersadar pakaian dan laki2 yang menemani Mira.
"Baju pengantin...??? kau menikah Nona.... Ya Tuhan... itu suamimu?? duduklah Tuan Muda, sebentar aku ambilkan teh untuk kalian.." ucap Ahjumma yang begitu senang mempersilahkan Shin tuk duduk.
"Ahjumma...... kau duduklah..."Mira menahan ahjumma, tak lama kemudian Mira memberi penghormatan sendiri tanpa Shin.
"Nona Hwang.... aku...."Ucap sang ahjumma kikuk tapi melihat Mira sudah memulai penghormatan ia mengikuti semua prosesi dadakan yang diselenggarakan Mira.

Shin terkejut melihat ulah Mira, hari ini ia benar2 dibuat kaget dan tak habis pikir oleh ulah istrinya. Wajahnya yang cantik dengan kelopak mata lebar membuat matanya terlihat begitu menyejukkan, hidungnya yg kecil mancung serasi dengan bibir mungilnya, leher jenjang menopang wajah dan lebatnya rambut hitam Mira yg sedikit bergelombang dibawahnya rasa sayang bila ia tidak menggeraikan rambut itu. Dari keseluruhan diri Mira, gadis ini terlihat tegar, begitu ceria, seolah ia mampu memikul semua beban yang dilimpahkan padanya, namun saat Shin teringat Mira yang menangis sendiri ditaman saat pesta tadi, ia berubah menjadi sosok yang rapuh yang butuh sosok yang kuat tuk menemani, membimbingnya, namun entah mengapa ia begitu bisa menyembunyikan sosok rapuhnya ini dihadapan semua orang.

Penghormatan Mira selesai, Ia mendekap sang ahjumma begitu lama. Hingga ahjumma itu masuk kedalam menyiapkan teh tuk menghangatkna tubuh mereka.
"maaf aku harus melakukannya sendiri... dia hanya ibu asuhku yang aku anggap ibu kandungku, namun untuk diri anda yang seorang Pangeran dan Putera Mahkota, hatiku tak mengijinkan kau melakukan penghormatan padanya itu suatu penghinaan tuk kerajaan... Maafkan aku Pangeran...."ucap Mira yang seolah membaca pikiran Shin yang ingin tahu maksud dari ulahnya tadi.

Saat ahjumma datang membawa teh, Mira masuk kedalam kamar tuk berganti pakaian.
"anda Pangeran Shin Young bukan??" tanya Ahjumma.
"bagaimana anda tahu, ahjumma..."jawab Shin terkejut.
"perjodohan kalian sudah terjadi saat Nona Hwang lahir, itu sebagai ungkapan terimakasih dan kebahagian dari istana akan keluarga Hwang..."Cerita Ahjumma.

"Pangeran, bila Tuan Muda Hwang tidak membantu Permaisuri mungkin selamanya Istana tidak akan ada penerusnya... Permaisuri begitu susah payah melahirkan anda, pendarahan yang dideritanya membuat dirinya hanya memiliki anda Pangeran, walau sesungguhnya Permaisuri masih mengharapkan seorang Putri tuk menemani anda...." Ucap ahjumma terputus melihat Mira keluar kamarnya.

"Cerita itu pastinya kerajaan lebih mengetahui tapi aku mohon sesuatu.... tolong jaga Nona Hwang, dia begitu kesepian.... yang perlu Anda ketahui Pangeran, tubuh Nona Hwang terlalu rapuh tuk udara dingin... kesendiriannya banyak membuat ia menyepi melarikan diri dari keramainnya.. Nona Hwang bukan terlahir sebagai orang yang cerdas hingga bisa begitu cepat menyelesaikan Sekolahnya.. Namun karena KESENDIRIAN karena statusnya sebatang kara ia memiliki tekad tuk bisa menyelesaikan smua dengan cepat.."Lanjut ahjumma saat tahu Mira masuk kembali kekamarnya.

"maksudnya..." tanya Shin bingung.

"Nona Hwang selalu sendiri setiap kali menghadiri acara sekolah yg memerlukan kehadiran orangtua, Nona Hwang selalu tampil sendiri setiap kali ia mendapatkan penghargaan atas prestasinya, Nona Hwang tidak ingin mengalami itu terlalu lama... Hidupnya hanya dilalui untuk belajar, mengikuti semua test kenaikan tingkat tuk ia mencapai jenjang selanjutnya, hingga akhir dimana untuk teman sebayanya mereka baru akan masuk kuliah, Nona Hwang malah sudah lulus dari bangku kuliah dan mengajar disekolah favorite.... karena keadaan ia menjadi pintar, mempelajari semuanya, apapun yang ada dibangku sekolah atau yang ia dapat dari pengalaman hidupnya...."Cerita Ahjumma sambil tersenyum kecil mengenang semua tentang Mira.

"hubungannya dengan tubuhnya yang tak kuat udara dingin..?"tanya Shin.
"Sepulang sekolah Nona banyak menghabiskan waktu dipusara orangtuanya, tak peduli musim dan cuaca, apapun dia ceritakan disana... Nona sering jatuh pingsan akibat kedinginan, penjaga makam disana seringkali mengantarkan Nona dengan tubuh menggigil... Pangeran, maukah anda menggantikanku manjaganya....."Pinta Ahjumma dan percakapan terhenti saat Mira membawakan baju hangat untuk Shin.

"pakailah ini baju hangat appa... tenang, ahjumma selalu mencucinya walau tak terpakai... kita pulang sekarang.."Ajak Mira.
"ahjumma, aku kembali nanti Eomeoni bisa menghukumku karena membawa anaknya pergi terlalu lama... jaga kesehatanmu ya.."ucap Mira memeluk ahjumma.
"hati2 dijalan... jaga suamimu Nona...  Tuan Muda, aku titip Nona Hwang.. maafkan bila dia sedikit manja.."ucap ahjumma tersenyum.
"tenang ahjumma, suamiku sudah terbiasa dengan sikap manjaku... aku pergi ahjumma..."pamit Mira tersenyum sambil melirik Shin yang juga memberikan senyum pada ibu asuh istrinya.

Shin kembali memacu kendaraannya kembali ke istana, Mira kembali pada wajahnya semula begitu pula Shin. Mereka hanya diam sepanjang jalan. Matahari hampir saja menyapa bumi saat kedua sampai di isatan Gwansim, wajah Mira terlihat lelah rasa kantuk mulai membayangi dirinya.
"Kita akan tinggal disini, semua barang2mu sudah dibawa kemari... istirahatlah, sore ini aku dan Kang Man Bok akan membantumu tuk mengetahui apa saja tugas2 sebagai Istri Pangeran..... Itu kamarmu..."Ucap Shin mengunjukkan Kamar Mira yang bersebrangan dengan kamarny.

Kamar terpisah, baguslah Pangeran aku tidak perlu ketakutan, takut bila dirimu menyentuhku... kau begitu rapi menyiapkan semua ini..." ucap Mira dalam hati sambil tertunduk mengulum senyumnya.

"ada yang aneh?? apa kau ingin sekamar denganku..."ledek Shin melihat ulah Mira.
"hmmm, bila aku membutuhkan kehangatan.. aku pasti akan mencari tubuh suamiku... bersabarlah Pangeran... Selamat pagi, selamat beristirahat..."jawab Mira dengan senyum mejawab ledekan Shin.



T.b.C.

4 komentar:

  1. hihihihihi...co cweeeeetttt....;D
    aku mo lanjutannya kak, aku tunggu yaaaa ;)

    BalasHapus
  2. wahh,,makin seru..
    g keliatan kalo ini FF..
    lanjutkan ya kak..^^

    BalasHapus
  3. Wuuuuuiiiiiiiiiiihhhh romantis sekali ya ceritanya jadi makin penasaran nih dengan cerita selanjutnya.Aku tunggu lho....

    BalasHapus
  4. ari jadi penasaran nyak, itu mira dijodohin sejak dr lahir, karena permaisuri mau mebals kebaikan ayahnya mira? heheheh jadi misterius ni keluarha mira , heheheh

    BalasHapus